Oleh: Ratih Rianti
Ada yang berbeda ketika ku berkunjung ke dokter yang satu ini. Bukan karena dokternya yang baru ku kenal Dr. Lanting -Lan Cheh Chiauw- karena ku yakin sekali, itu dokter orang atau keturunan China. Dilihat dari namanya semua orang pasti beranggapan begitu.
Dan bukan juga karena tempatnya berada di tempat yang berbeda dari tempat ku berkunjung ke dokter-dokter sebelumnya, mengapa kunjungan kali ini ku bilang aneh.
Disini ku melihat bangunan yang tampak dari luar seperti gudang penyimpanan barang terselubung, tidak seperti tempat praktek dokter. Papan nama yang tersadang pun tak begitu mencolok.
Namun karena terpampang izin praktek dari dinas kesehatan, ku tak begitu jauh berpikir tempat apa sebenarnya yang ku kunjungi itu, selain tempat dokter memeriksa pasiennya. Itu saja yang kupikirkan.
Motor terpakir dideretan motor dan mobil orang yang mungkin juga akan memeriksakan diri ke dokter Lin -panggilan para pasiennya-.
Di tempat parkir tenyata bukan hanya ada motor dan mobil yang terpakir. Namun penjual makanan untuk sarapan seperti bubur, kupat tahu juga tersedia. Sekilas ketika ku datang seperti pasar kaget karena dikerumuni oleh banyak orang.
Sebenarnya tuh orang-orang mau diperiksa sama dokter atau hanya membeli makanan itu saja sih? Aku jadi heran.
Sebelum ku terpeleset dalam keterherananku itu, langsunglah ku melangkahkan kaki menuju tempat yang kupikir itu adalah ruang tunggu.
Masuklah aku. Kemudian mataku berkeliaran kesana-kemari. Satu persatu ku tengok orang-orang yang sedang terduduk rapi di kursi tunggu. Tapi bukan untuk itu mataku berkeliaran, sebenarnya ku mencari meja yang diatasnya tertulis “Pendaftaran”.
Memangnya ketika hendak memeriksakan diri ke dokter, perlu daftar?
Ya begitulah biasanya jika ku berkunjung ke dokter. Sekedar untuk ditanya nama, umur, alamat. Setelah itu mendapatkan kartu pegangan yang tertera nama kita dan nomor antrian. Kemudian suster akan memanggil nama kita untuk segera menemui dokter di dalam ruang pemerikssaan.
Tapi tidak ditempat ini. Tak ada tempat pendaftaran yang tersedia. Tak ada juga nomor antrian. Lalu setelah bertanya ke bapa yang ungkapnya hanya mengantar istrinya, mengatakan bahwa disini kita harus bertanya pada siapa yang datang terakhir untuk mengetahui setelah siapa kita bisa masuk ke ruang dokter.
Oh ribet juga ternyata. Ku harus bertanya pada setiap orang, siapa yang datang paling terakhir sebelumku.
Ku menggunakan ingatan saja. Seingatku. Aku datang setelah si ibu berbaju ijo. Ya sudah, berarti yang menjadi patokanku adalah si ibu berbaju ijo.
Ku berdiri cukup lama. Ku langsung berbicara pada diriku sendiri. Ternyata tanpa nomor antrian pun orang-orang telah mengerti siapa yang harus masuk duluan dan siapa yang harus terlebih dahulu menunggu.
Ohh indah sekali sepertinya Negara ini, jika warganya tidak saling berebut untuk mendapatkan sesuatu. Tidak mementingkan ego. Sesibuk apapun orang itu. Begitulah yang ku lihat diruangan yang ku tak tau berukuran berapa kali berapa itu. Ku sedikit tersenyum melihatnya.
Kira-kira lima atau tujuh orang secara bergantian telah selesai diperiksa, akhirnya ku menemukan tempat duduk kosong juga. Dari tadi ku berdiri. Karena banyak sekali lansia yang tak mendapatkan tempat duduk. Jadi ku biarkan mereka terlebih dahulu duduk.
Awalnya aku kaget. Ini dokter, pasiennya ko lansia semua. Apakah ini khusus para lansia? Kebingungan tadi di luar ternyata berlanjut ketika ku menyadari itu semua.
Beberapa menit kemudian seorang ibu yang sejak tadi duduk, menanyakan gilirannya kepada pria muda -akhirnya ku menemukan yang muda juga.hhe- yang duduk disebelah kananku. Dari situ terjadilah perang omongan. Nah loh ko malah jadi gini. Daritadi baik-baik saja, ko sekarang jadi riweh.
Pria muda itu bermaksud untuk menukar antriannya demi nenek yang duduk disebelah kiriku. Namun suami dari si ibu yang bertanya pada si pria itu tak menerima kalo si nenek lebih didahulukan. Akhirnya terlontar dari mulut pria itu, “Da nu taradi diuk didieu mah balalager”. akhirnya si nenek pun mengalah.
Kemudian setelah orang-orang yang berselisih tadi sudah pada pulang. Terjadi lagi perdebatan yang tak ingin ku dengarkan sebenarnya. Tapi apalah daya, suara-suara itu menghinggapi tepat dikedua telingaku.
Kini ternyata melibatkanku. Orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya ada di deretan setelahku, beradu argumen. Beuh aku pusing sekali mendengarnya. Kenapa mereka harus begitu sih? Aku juga yang daritadi ternyata telah terlewat tiga pasien tak begitu mempedulikannya.
Akhirnya sampai juga ku masuk ke ruangan dokter itu. Ada yang membukakan pintu. Dari luar tak terlihat siapa yang membukakan. Setelah di dalam, ternyata dokter yang akan memeriksaku yang membukakan pintu. Benar sekali ternyata dokter Lin adalah orang China.
Tapi? Susternya mana? Ternyata dari pukul enam sampe sepuluh siang ini, dokter Lin bekerja hanya sendiri tanpa didampingi suster.
Ga capek emang pak? Mana entar sore buka praktek lagi. Udah gitu ternyata umurnya udah tujuh puluh tujuh tahun, tak jauh sama umur yang lagi baca he.
“Kunaon?” tanya dokter Lin dengan tergesa-gesa.
“Aratel dok”. Jawabku singkat
“Nya ubaran atuh”.
Weiz kaget dong dengan perkataan si dokter. Tapi ku menanggapinya dengan senyuman.
“Sok nangkuban,” setelah si dokter melihat gejala yang terjadi padaku.
“Bade di kumaha dok?”
“Disuntik!”
Apahhhhh? Ku tak mengira bakalan disuntik. Sudah berapa tahun lamanya ku tak disuntik. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut. Ku terkejut dengan cara tergesa-gesanya si dokter membawa jarum suntik. Terkesan cairan yang ada disuntikan itu akan langsung dimasukan ke dalam pembuluh darahku secara anarkis. Ya Allah. Bismillahirrohmanirrohim.
“ceeeeeeeeeesss”.
Ku tak bisa berkata-kata. Langsung si pak dokter bertanya, “Geus boga salaki?”
“Acan pak, da kuliah keneh”.
“Geus boga kabogoh?” haha speechless euy. Ku hanya tersenyum. Duh mending di suntik daripada ditanya masalah eta mah.
“Sabara taun deui kuliahna?”
“Karek oge sataun pak”.
“Lila keneh geuning”.
“Neangan salaki teh nu bageur tur bener nyak”.
Waduh ie dokter ataw psikiater sih? Haha.
Segitu sajah cerita dari sayah. Dan segitu saja ku mengakhiri keanehan yang ku alami. Kangge ka pa dokter. Tunggu aku Sembilan hari lagi pak. Dan ku harus mempersiapkan mental agar tak terlibat dalam perselisihan yang tadi terjadi padaku seperti hari ini.
#tertanggal tujuhbelasseptemberduarebusapuluh dinten jumaah. Ditulis setelah pulang dari dokter Lin jam 11.20
Maaf mau brtanya, biaya ke dokternya berapa ya? makasih....
BalasHapus60rb
HapusMaap. Apa sekarang dr lanting masih ada
HapusMasih
HapusSekarang 80rb, Dr. Lan mah praktek na 2, nya dokter nya dukun.. Tiap akhir periksa pasti ngomongnya "Cageur" tapi alhamdulillah emang cageur.. dr. Spesialis budug legend di bandung..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHahaha. Kelanjutannya gmn ,,penasaran.
BalasHapusMasi praktek pagi g sekarang?
BalasHapusSkrg mah udh pindah ... Ke jln.pajajaran 81
BalasHapusBodor dokternya. Obatnya mujarab.. Haha
BalasHapusDokter lan itu emang ceplas ceplos orangnya. Suatu hari pacar saya berserta orangtuanya ke dokter lan untuk berobat dan di tanya "ges boga kabogoh can?" "Angges atuh" " ges ciuman can?" ... Speechless😂😂
BalasHapusMaaf mau nanya kalo yg di jl pajajaran praktek nya jam berapa ya? Sama kalo hari sabtu buka kah? Minggu kemarin ke dr lan yg di kalipah apo tapi udah pindah :(
BalasHapusMohon bantuannya
Yaampun alay kaya si vicky bahasanya
BalasHapusDokter itu spesialis apa sih? Soalnya aku dikasih tau temen katanya dia jual obat pemutih kulit yaa?
BalasHapusuntuk prakteknya jam berapa ya?
BalasHapusSenin-sabtu jam 6-12
HapusDi jl.pajajaran prakteknya
Senin-sabtu jam 6-12
HapusDi jl.pajajaran prakteknya
Sebenernya Dr.lan dokter apa yah...specialist kah ato umum kah....trus tarifnya brapa yah
BalasHapusDr Lamting ( dr. LAN)
BalasHapusJalan Pajajaran No.81 Bandung
Praktek : Senin sampai Sabtu Pk. 06:00 - 12:00 WIB
Yang di Kalipah Apo udah tutup lama.
Apakah sekarang dr lan masih buka?.. Maksudnya masih buka praktek? Sy baca itu coment 2017 semua
BalasHapusMasih buka... Dan skarang pun hari ini senin tgl 27 agustus 2018 Pukul 09.38 saya mengantar bapak mertua di periksa
BalasHapusMaaf ka , kalo daftar nya Gimanya yah,, ini mamah saya mau di periksa sekarang , karna mmh saya mengidap penyakit di bagian lambung sama paru paru, cocok ga yah ka 🙏
HapusDokter Lan memang begitu bawaan nya. Kalau orang yang senang bercanda sih pasti cocok. Nah kalau mau Dokter yang formil & ga pake bercanda, boleh datangi saja anak Dokter Lan, yaitu Dokter Bina praktek di Jl. Pagarsih.
BalasHapusDr.Lan emang dokter mujarab . Dulu saya nganter ibu saya berobat beliau sakit kepala cenat cenut diagnosa dokter krna darting ehhh anehnya setelah selesai berobat malah disuruh makan es krim cup tiap mau minum obat selama 3 hari jgn makan nasi sampe obat abis trus dikasih salep oles buat ke leher.Alhamdulillah sampe skrg sembuh.makasih dok
BalasHapusDr. Lan yg terkenal adalah dr. Lan Cheh Chiauw (dr. Lanting Miguna). Beliau punya adik, dokter juga. Namanya dr. Lan Cheh Chun (dr. Norman Miguna).
BalasHapusDr. Lan Cheh Chiauw punya 3 anak : 1 drg (perempuan), dr. Bina Miguna dan dr.Bana Miguna.
Dari duluuu dr.Lan selalu kasih tarif murah. Mgkin obatnya yg ga terlalu murah. Tp cobain minta resep obat generik, siapa tau bisa.
Dulu tiap kali datang berobat, pasti disuntik dan suntikannya ga berasa nyeri. Tapi beberapa tahun blkgan, tidak selalu disuntik lagi.
Dulu selain dr.Lan ada lagi dr.Lie Eng Liat (dr. Somali, pernah jadi kepala RS Kebonjati). Dr.Lie lebih sosial lagi. Biaya dokter dan obat max 30 rb (sekitar 5 th yl mgkin). Tp sekrg dr.Lie sudah tidak praktek lagi.
Kalo dr Bana Miguna alamat nya dmn ya? Makasih
HapusDr.Bana prakteknya di jalan Mohammad Toha No. 129 Bdg
HapusJam 16.00 - 2100
Jalan Pandawa 72 jam 600- 9.00
Biyayanya berapa sekarang
BalasHapus80 rb
HapusMy fav dokter ...
BalasHapus70rb tarifnya
BalasHapusHari minggu libur kayanya, minta infonya, atau hari biasa sore buka ga ya
BalasHapusJorang dokterna nya ahaha...
BalasHapusMasih di jalan pajajaran 81? Deket naon patokannya
HapusDokter Lan asa geus jiga dokter pribadi apal ka sagala panyakit kuring ..soal na ti jaman sakola ayeuna kuring masih berobat ka anjeunna ..malah apal ngaran kuring mun berobat ..humoris ngan nebus resepna rada mahal ..tapi manjur ...saking kulila praktek begitu lihat muka pasen apal panyakit na ..
BalasHapusUmur saya 65 th ..dokter mungkin 70 an saya sma dokter geus praktek
BalasHapusApa dr. Lan masih buka praktek skrg?
HapusMasih,
BalasHapusPengalaman saya disuntik Dr Bina Miguna enggak kerasa sakit...gk rasa apa2...klo Dr LAN gmn?
BalasHapusDokter lan memang luar biasa.
BalasHapusIya setuju, dulu ak pernah istri kosong 7 bulan tenang kata aku masih ada dokter lan langsung tokcer
HapusDr.lan ini dokter spesialis apa? Mohon info nya, sy mau bw berobat buat ibu sy yg sakit lutut menahun apakah bs?
BalasHapusPak mau nya klau penyakit struk ringan bisa di bwah
BalasHapusMau tanya klo gatel' trs disuntik itu brp biaya nya? Sama harus nebus obat lagi ga?
BalasHapusYang dimaksud.. Gatel apa ya?
BalasHapusAda yang tau ga gmna ya cara daftar online dr.bina miguna buat kontrol..mksh
BalasHapusMaaf ka , KK pernah berobat ke dr. Bina biguna?? Kalo boleh tau gimana cara daftarnya ? Lewat online apa langsung datang ke tempatnya langsung?
BalasHapus